KALIGRAFI DI ANGIN REFORMASI

Written by Drs H Didin Sirojuddin AR, M.Ag on Minggu, 16 November 2008 at 05.26

Angin berhembus sangat kencang. Tetapi “angin reformasi” berhembus lebih kencang. Derunya menerpa segala benda kehidupan yang dilewatinya. Akibatnya, semua terjangkit demam reformasi.

Agaknya, demam panas juga menimpa kaligrafi. Yang ini, bahkan reformasi dan revolusi sekaligus. Para seniman, khattat, santri, pelajar, dan mahasiswa bergerak senyawa dengan seni yang lagi digandrungi di Tanah Air ini. Dari yang baru mau mulai hingga yang berusaha menjadikannya profesi.

Gerakan arus minat terhadap kaligrafi mendorong dibukanya pelajaran ekstrakurikula kaligrafi di sekolah-sekolah. Ada pula yang memasukkannya sebagai mata pelajaran wajib muatan lokal. Sanggar-sanggar kaligrafi semakin bermunculan, seiring pergelaran lukisan kaligrafi di galeri-galeri seni rupa hingga pabrik-pabrik bingkai pinggir jalan. Ada pula yang menjajakan cenderamata kaligrafi di warung nasi dan steam bath mobil.


Mengiringi gemuruh aktivitas tersebut, beberapa komponen pengembang kaligrafi juga bertambah aktif. Misalnya lomba-lomba kaligrafi di arena MTQ dan even-even lain. International Calligraphy Competition untuk mengenang al-khattat Imaduddin al-Hasani juga siap digelar di Ankara, Turki, dan akan banyak diikuti para khattat dari aneka penjuru dunia termasuk Indonesia. Berita Peraduan Menulis Khat ASEAN di Brunei Darussalam yang 75 % langganan pemenangnya dari Indonesia, diperkirakan sebentar lagi akan keluar.

Semuanya semakin menambah semangat spiritualitas, visi, dan pendalaman para khattat, pelukis, dan peminat kaligrafi. Maka muncullah suara-suara agar gerakan itu diperkencang lagi. Semangat ini telah menghilangkan hambatan para khattat dan pelukis kaligrafi untuk mengolah segala unsur rupaka yang dipadukan ornamen-ornamen artistik dan estetika khat dalam pelbagai variasinya.

Implikasinya benar-benar heboh. Ada tuntutan agar kaligrafi kontemporer benar-benar dikodifikasi dan dimasyarakatkan. Bahkan diusulkan masuk MTQ. Pelatihan-pelatihan di daerah-daerah juga tambah gencar. Yang lebih penting lagi: keinginan supaya pasar dibuka lebar-lebar agar para creator kaligrafi lebih menikmati hasil kerja mereka. Pasar, atau kesempatan jualan, tentulah jadi harapan para khattat, pelukis, dan pengusaha produk kaligrafi.

Di tengah deru angina reformasi, semua komponen musti bergerak. Saling dukung untuk kemakmuran bersama. Khattat dan pelukis makmur, bahkan siapa saja yang berminat mengolah kaligrafi ikut makmur.

*Buletin Gores Kalam No. 14, Lembaga Kaligrafi Alquran (Lemka), : Juli 2003

0 Responses to "KALIGRAFI DI ANGIN REFORMASI"